15 Jan 2010

Tantangan Bagi Web Services

Di balik masalah teknologi, ada satu soal besar. Ini soal kepercayaan dan keberanian untuk membuka diri. Faktor ini jadi penting terutama dalam konteks melakukan proses bisnis dengan rekanan bisnis seperti distributor atau pemasok, atau pihak "luar" perusahaan.
Harap ingat, esensi dari mengefektifkan komunikasi antar proses bisnis adalah transparansi, di mana informasi penting - seperti jadwal produksi, spefikasi teknis, tingkat stok, kelancaran piutang - menjadi mudah diproses. karena itulah, di Indonesia nampaknya aplikasi web services akan dimulai pada lingkup satu perusahaan atau paling tidak satu konglomerasi dulu.
Keterbukaan antar pihak masih jadi soal besar. Sukar dibayangkan perusahaan swasta yang umumnya masih dikendalikan oleh satu keluarga mau dengan begitu saja membuka diri seperti itu. Transparansi bisa saja menjadi sesuatu yang tidak diinginkan, apalagi jika memang banyak yang ingin disembunyikan, seperti untuk tujuan transfer pricing dan mengecilkan kewajiban pajak.
Meskipun akses informasi secara teoritis bisa dibatasi dengan kebijakan jaringan yang ketat, sukar dibayangkan para saudagar Indonesia berani malalu-lintaskan informasi penting lewat wadah Internet, apalagi jika belum ada protokol standar soal keamanan XML.
Tapi barangkali yang harus ditimbangkan para CEO dan CIO adalah suatu trade-off. Mereka harus menimbang manfaat web services dan risiko keamanan. Mereka juga harus tahu bahwa persaingan yang makin intens dan situasi ekonomi yang terus fluktuatif akan memaksa perusahaan untuk bersikap fleksibel dan kolaboratif.
Memang web services ini adalah tren baru dan masih pada taraf evolusi awal. Ini diakui bahkan oleh para pendukung utama tren ini, seperti pakar TI John Hagel, mantan konsultan McKinsey yang mengarang buku "Out of the box". Isu standarisasi keamanan XML misalnya, masih jauh dari final. Tapi seperti yang sudah disebutkan, pada saat yang sama standarisasi tidak boleh mematikan fleksibilitas. Yang paling penting, meminjam istilah gerakan yang dimotori Linus Torvald, web services tetap harus menjadi open standard.
Pada akhirnya, konsumenlah yang akan mempertemukan titik antara keinginan agar XML selalu fleksibel dan kehendak adanya standarisasi. Pembeli teknologi adalah pihak paling kuat dalam semesta industri TI.
Kebenaran hal ini sudah dialami langsung oleh semua penjual tehnologi propetriary mulai dari Microsoft dan Sun yang tersodok Linux sampai para vendor aplikasi enterprise yang kini terpaksa merubah cara mereka berdagang karena adanya alternatif web services.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar